Jumat, 11 September 2009

Pasar Kaget; Tumpah Ruah Pelaku Usaha Mikro dan Kecil

Oleh Riana Afriadi

Dimuat pada Harian Bandung Ekspres, April 2009

Idiom kota seribu pasar yang melekat pada Kota Bandung memang tidak berlebihan. Jumlah pasar di kota ini sangatlah banyak. Begitu pula ragamnya, mulai dari pasar tradisional, modern (hypermart, minimarket, mall), dan pasar jadi-jadian. Salah satu di antaranya yang cukup fenomenal adalah pasar jadi-jadian atau kerap disebut “pasar kaget”. Pasar yang hanya terjadi pada tempat dan waktu tertentu, juga praktis berlangsung hanya beberapa jam.

Namanya saja pasar kaget, keberadaannya memang tidak terduga dan mengejutkan banyak orang dalam waktu tertentu. Semula hanya lapang tempat ber-jogging, atau jalan raya, tiba-tiba saja disulap menjadi begitu hiruk pikuk dan membuat macet lalu lintas jalan di sekitarnya. Akhirnya, di kawasan tersebut pada waktu tertentu secara rutin berubah menjadi pasar dan dalam hitungan jam saja semua hilang. Kini pasar kaget sudah lazim terjadi dan beragam, juga dengan mudah dapat dijumpai di berbagai tempat di Kota Bandung.

Pasar kaget yang berada di Kota Bandung ini memiliki beberapa hal yang menarik untuk dibahas, antara lain kawasan yang dijadikannya tempat pasar kaget, hingga para pedagang dengan berbagai produk dagangan yang ditawarkannya.

Awal Mula Pasar Kaget

Saat banyak orang berkumpul, saat itu pula berkemungkinan untuk melakukan perdagangan—munculnya pasar. Hal tersebut dimanfaatkan sebagai peluang untuk meraup keuntungan dari orang-orang yang berpotensi untuk membeli pada suatu tempat dan waktu. Juga sekaligus terciptanya ruang dan peristiwa untuk membuka peluang ekonomi selanjutnya. Lihat saja, tempat-tempat untuk jogging di hari minggu, dan di sekitar mesjid-mesjid besar pada saat melaksanakan shalat Jum’at. Ada rutinitas orang berkumpul di tempat tersebut yang kemudian dimanfaatkan oleh beberapa pedagang. Awalnya hampir semua pedagang menjual makanan dan minuman. Konsumen yang dituju tentu saja orang-orang yang melepas lelah setelah aktivitas olah raga atau sehabis ibadah shalat Jum’at yang membutuhkan minuman dan mungkin juga makanan.

Lambat laun, seiring dengan semakin banyak orang yang datang dan berkumpul di tempat tersebut, semakin banyak pula para pedagang yang mencoba mengadu peruntungan di sana. Mereka (pedagang) menyadari bahwa di tempat itu ada peluang untuk pertukaran yang menganggap banyak pembeli potensial dengan kebutuhan atau keinginan tertentu yang mungkin mau dan mampu untuk ambil bagian dalam pertukaran (jual-beli) guna memuaskan kebutuhan atau keinginan tersebut.

Walhasil, Semakin lama pasar pun semakin membesar. Mereka yang datang ke tempat itu bukan saja yang berniat olah raga atau ibadah shalat Jum’at, tapi juga memang berniat belanja atau sekadar jalan-jalan untuk melihat keramaian.

Salah satu tempat pasar kaget terbesar yang berlangsung rutin setiap hari Minggu pagi di Kota Bandung adalah lapangan Gasibu dan daerah sekitarnya yang berada tepat di depan Gedung Sate (Pusat Pemerintahan Provinsi Jawa Barat). Pasar kaget Gasibu ini berlangsung dari shubuh hingga siang, hanya berlangsung sekitar 8 jam. Dalam satu waktu yang bersamaan tersebut akan dijumpai sejumlah transaksi jual-beli yang mampu menghasilkan omzet ratusan juta.

Ladang Keuntungan Bagi Pelaku Usaha Mikro dan Kecil

Produk yang ditawarkan di dalam pasar kaget ini sangatlah beragam, mulai dari makanan tradisional dan modern, pakaian, alat-alat rumah tangga, nyaris lengkap tersedia. Harga yang ditawarkannya pun relatif terjangkau oleh konsumen. Dari segi produksinya, tidak saja sebatas produk kreasi sendiri, namun terdapat juga produk-produk pabrikan seperti mebel, elektronik, dan kendaraan roda dua. Bahkan, produk-produk unik seperti kerajinan yang biasanya hanya didapat di tempat-tempat wisata, mampu ditemukan di tempat ini.

Dari segi pedagangnya, banyak di antaranya adalah mereka yang berkecimpung di sektor usaha mikro dan kecil. Tentunya keseharian mereka adalah berwirausaha. Walaupun tidak menutup kemungkinan bagi pihak lain yang sehari-harinya berprofesi sebagai karyawan, pegawai negeri, atau bahkan ibu rumah tangga, untuk mencoba meraup keuntungan dengan ikut berdagang di pasar kaget ini.

Berdasarkan pengamatan di lapangan yang dilakukan oleh penulis, banyak para pelaku usaha di pasar kaget Gasibu ini adalah pelaku usaha mikro dan kecil yang sering mengikuti kegiatan-kegiatan pameran produk unggulan Kota Bandung. Dan banyak di antara mereka telah memiliki gerai tetap di tempat lain, baik di pasar permanen, di rumah, maupun etalase-etalase pameran produk yang disediakan pemerintah. Namun, mereka tetap memanfaatkan pasar kaget ini sebagai salah satu usaha penjualan dan pemasaran produknya. Yadi misalnya, ia seorang perajut dari Binong Djati yang memproduksi baju hangat dan syal. Ia sudah terbiasa mengikuti kegiatan-kegiatan pameran produk unggulan UMKM yang terselenggara di berbagai tempat. Ia mengaku bahwa dengan berjualan di pasar kaget Gasibu ini, dapat meraup omzet sekitar satu juta rupiah. Ia mulai menjajakan produknya dari pukul empat pagi hingga pukul dua belas siang, dengan lahan sekitar 2 x 2 meter. Ia cukup membayar retribusi sebesar sepuluh ribu rupiah.

Atau Ridwan, seorang pengusaha konveksi kaos di kawasan Suci. Seperti halnya Yadi, ia mulai menjajakan produk kaosnya yang bertemakan tentang Bandung mulai pukul empat pagi hingga dua belas siang dengan menggunakan tenda knock-down berukuran 2 x 3 meter. Ia harus membayar retribusi sebesar lima belas ribu rupiah. Namun, ia mampu meraup omzet sekitar dua juta rupiah.

Masih banyak lagi pelaku usaha mikro dan kecil yang memanfaatkan pasar ini sebagai tempat berjualan. Dan bahkan bertahan dengan produk kreasi sendiri atau lokal hasil industri rumahan yang digerakkan oleh modal pas-pasan, seperti Yadi dan Ridwan tentunya.

Singkat uraian, pasar kaget seperti pasar kaget Gasibu ini menjadi sebuah arena pertukaran yang cukup signifikan membantu para pelaku usaha mikro dan kecil untuk melakukan penjualan dan pemasaran. Di pasar kaget seperti inilah, siapa saja yang ingin berwirausaha bisa datang dan langsung berjualan di tempat itu. Bagi mereka hal yang paling penting adalah mencoba keberuntungan dengan memanfaatkan peluang di mana ada orang-orang berkumpul, kemudian diharapkan ada pertukaran atau transaksi jual-beli.

Dengan demikian, terlepas dari persoalan kesalahan tata ruang kota dan bahkan persoalan legalitas, pasar kaget seperti pasar kaget Gasibu ini merupakan alternatif pasar yang cukup baik bagi pelaku usaha mikro dan kecil. Dan tentunya, apabila tempat ini mampu menjadi ladang keuntungan, semua pelaku usaha mikro dan kecil berhak untuk ambil bagian dari keuntungan tersebut dengan berjualan di pasar kaget ini. Bayangkan, apabila semua pelaku usaha mikro dan kecil di Kota Bandung ini bisa ambil bagian di pasar kaget Gasibu ini. Meriah pastinya.

Anda mungkin berminat untuk mencoba berdagang di pasar kaget Gasibu. Caranya mudah sekali. Siapkan produk yang berkualitas dan murah atau produk kreasi Anda sendiri, kemudian mencari lapak kosong yang strategis untuk menggelar produk tersebut, membayar sedikit retribusi, selanjutnya silakan tunggu dan nikmati. Bersama sejuknya udara pagi Kota Bandung dan wewangian tubuh yang berdesakan, Anda akan menyambut keuntungan. Jikalau belum laris, tunggulah hingga menjelang siang bersama asap knalpot bis Damri yang melewati lahan berdagang Anda. Selamat mencoba!**


*) Penulis, Pemerhati Sosial. Anggota Caraka Cultura Studies Bandung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar